BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang sangat besar, tetapi banyak masyarakat
yang tidak tahu akan Sejarah Bangsa Indonesia sendiri, dari mana asal usul
bangsa dan nama Indonesia itu berasal. Dengan semakin berkembangnya zaman, semakin
banyak masyarakat yang tidak perduli akan sejarahnya sendiri . Hal ini mengakibatkan Sumber Daya Manusia
di Indonesia masih di ragukan . berangkat dari permasalahan ini, kami ingin membahas tentang
Asal Usul Bangsa Indonesia dan Persebaran
serta Sejarah Nama Bangsa Indonesia.
1.2
Rumusan Masalah
Atas dasar penentuan latar belakang diatas, maka saya dapat mengambil perumusan masalah “Bagaimana Asal Usul Sejarah Bangsa Indonesia ?”
1.3
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk dapat memenuhi tujuan-tujuan
yang dapat bermanfaat dalam pemahaman tentang Asal Usul Sejarah Bangsa Indonesia. Dengan
tujuan :
A. Mengetahui Sejarah Asal Usul Bangsa Indonesia
B. Mengetahui bagaimana persebaran manusia di kepulauan Indonesia
C. Mengetahui asal usul Nama Indonesia !
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Teori Asal Usul Bangsa
Indonesia
Menelusuri asal-usul suatu bangsa tidak sekedar membutuhkan bidang
ilmu antropologi, akan tetapi sudah masuk ke dalam ranah ilmu genetika. Banyak
Pendapat yang Bermunculan dari mana sejatinya Bangsa Indonesia (Nenek Moyang )
Para Ahli sejarah banyak yang mengeluarkan argumennya diserta dalih pembenaran
dari dugaanya masing-masing. Pada awalnya, penelurusuran hanya didasarkan pada
bukti-bukti arkeologi dan pola penuturan bahasa. Temuan terbaru cukup
mengejutkan karena merubah keseluruhan fakta di masa lalu jika selama ini
leluhur Bangsa Indonesia bukan berasal dari Yunan. Berikut adalah
1.
Teori Out Of Yunan
Teori
awal tentang asal-usul Bangsa Indonesia
dikemukakan oleh sejarawan kuno sekaligus arkeolog dari Austria, yaitu Robern
Barron von Heine Geldern atau lebih dikenal von Heine Geldern (1885-1968), dan
Beberapa Ahli yang mendukung Teori
ini adalah Dr. J.H.C. Kern, Robert Barron van Heine Geldern, Prof.
Dr. N.J Krom, dan Moh. Ali.
Berdasarkan
kajian mendalam atas kebudayaan megalitik di Asia Tenggara dan beberapa wilayah
di bagian Pasifik disimpulkan bahwa pada masa lampau telah terjadi perpindahan
(migrasi) secara bergelombang dari Asia sebelah Utara menuju Asia bagian
Selatan. Mereka ini kemudian mendiami wilayah berupa pulau-pulau yang
terbentang dari Madagaskar (Afrika) sampai dengan Pulau Paskah (Chili), Taiwan,
dan Selandia Baru yang selanjutnya wilayah tersebut dinamakan wilayah
berkebudayaan Austronesia. Teori mengenai kebudayaan Austronesia dan neolitikum
inilah yang sangat populer di kalangan antropolog untuk menjelaskan misteri
migrasi bangsa-bangsa di masa neolitikum (2000 SM hingga 200 SM).
Teori von Heine Geldern tentang kebudayaan Austronesia mengilhami pemikiran tentang rumpun kebudayaan Yunan (Cina) yang masuk ke Asia bagian Selatan hingga Australia. Salah satunya pula yang melandasi pemikiran apabila leluhur Bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Teori ini masih sangat lemah (kurang akurat) karena hanya didasarkan pada bukti-bukti kesamaan secara fisik seperti temuan benda-benda arkeologi ataupun kebudayaan megalitikum. Teori ini juga sangat mudah diperdebatkan setelah ditemukannya catatan-catatan sejarah di Borneo (Kalimantan), Sulawesi bagian Utara, dan Sumatera yang saling bertentangan dengan teori “ Out of Yunan ”.
Teori von Heine Geldern tentang kebudayaan Austronesia mengilhami pemikiran tentang rumpun kebudayaan Yunan (Cina) yang masuk ke Asia bagian Selatan hingga Australia. Salah satunya pula yang melandasi pemikiran apabila leluhur Bangsa Indonesia berasal dari Yunan. Teori ini masih sangat lemah (kurang akurat) karena hanya didasarkan pada bukti-bukti kesamaan secara fisik seperti temuan benda-benda arkeologi ataupun kebudayaan megalitikum. Teori ini juga sangat mudah diperdebatkan setelah ditemukannya catatan-catatan sejarah di Borneo (Kalimantan), Sulawesi bagian Utara, dan Sumatera yang saling bertentangan dengan teori “ Out of Yunan ”.
2.
Teori Out Of Taiwan Dengan
Pendekatan Teori Linguistik
Teori
mengenai asal-usul Bangsa Indonesia kemudian berpijak pada studi ilmu
linguistik. Dari keseluruhan bahasa yang dipergunakan suku-suku di Nusantara
memiliki rumpun yang sama, yaitu rumun Austronesia. Akar dari keseluruhan
cabang bahasa yang digunakan leluhur yang menetap di wilayah Nusantara berasal
dari rumpun Austronesia di Formosa atau dikenal dengan rumpun Taiwan. Teori
linguistik membuka pemikiran baru tentang sejarah asal-usul Bangsa Indonsia
yang disebut pendekatan ‘Out of Taiwan’. Teori ini dikemukakan oleh Harry
Truman Simandjuntak yang selanjutnya mendasar teori moderen mengenai asal usul
Bangsa Indonesia.
Pada
prinsipnya, menurut pendekatan ilmu linguistik, asal-usul suatu bangsa dapat
ditelusuri melalui pola penyebaran bahasanya. Pendekatan ilmu linguistik
mendukung fakta penyebaran bangsa-bangsa rumpun Austronesia. Istilah Austronesia
sendiri sesungguhnya mengacu pada pengertian bahasa penutur. Bukti arkeologi
menjelaskan apabila keberadaan bangsa Austronesia di Kepulauan Formosa (Taiwan)
sudah ada sejak 6000 tahun yang lalu. Dari kepulauan Formosa ini kemudian
bangsa Austronesia menyebar ke Filipina, Indonesia, Madagaskar (Afrika), hingga
ke wilayah Pasifik. Sekalipun demikian, pendekatan ilmu linguistik masih belum
mampu menjawab misteri perpindahan dari Cina menuju Kepulauan Formosa.
3.
Pendekatan Teori Genetika
Teori
dengan pendekatan ‘Out of Taiwan’ nampaknya semakin kuat setelah disertai
bukti-bukti berupa kecocokan genetika. Riset genetika yang dilakukan pada
ribuan kromosom tidak menemukan kecocokan pola genetika dengan wilayah di Cina.
Temuan ini tentunya cukup mengejutkan karena dianggap memutuskan dugaan
gelombang migrasi yang berasal dari Cina, termasuk di antaranya pendekatan ‘Out
of Yunan’. Sebaliknya, kecocokan pola genetika justru semakin memperkuat
pendekatan ‘Out of Taiwan’ yang sebelumnya juga dijadikan dasar pemikiran
arkeologi dengan pendekatan ilmu linguistik.
Dengan
menggunakan pendekatan ilmu linguistik dan riset genetika, maka asal-usul
Bangsa Indonesia bisa dipastikan bukan berasal dari Yunan, akan tetapi berasal
dari bangsa Austronesia yang mendiami Kepulauan Formosa (Taiwan). Direktur
Institut Biologi Molekuler, Prof. Dr Sangkot Marzuki menyarankan untuk
dilakukan perombakan pandangan yang tentang asal-usul Bangsa Indonesia. Dari
pendekatan genetika menghasilkan beragam pandangan tentang pola penyebaran bangsa
Austronesia. Hingga saat ini masih dilakukan berbagai kajian mendalam untuk
memperkuat pendugaan melalui pendekatan linguistik tentang pendekatan ‘Out of
Taiwan’.
Berdasarkan
pendekatan ‘Out of Taiwan’ bertentangan dengan pendekatan ‘Out of Yunan’. Pendekatan
‘Out of Yunan’ menerangkan migrasi Austronesia bermula dari Utara menuju
semenanjung Melayu yang selanjutnya menyebar ke wilayah Timur Indonesia.
Pendekatan ‘Out of Yunan’ dapat dilemahkan setelah ditelusuri berdasarkan
pendekatan linguistik dan diperkuat pula oleh pembuktian genetika. migrasi leluhur dari Taiwan (Formosa) tiba
terlebih dulu di Filipina bagian Utara sekitar 4500 hingga 3000 SM. Diduga
migrasi dilakukan untuk memisahkan diri mencari wilayah baru di Selatan. Akibat
dari migrasi ini kemudian membentuk budaya baru, termasuk diantaranya
pembentukan cabang bahasa yang disebut Proto-Malayo-Polinesia (PMP). Teori
migrasi awal bangsa Austronesia dari Formosa disampaikan oleh Daud A. Tanudirjo
berdasarkan pandangan pakar linguistik Robert Blust yang menerangkan pola
penyebaran bangsa-bangsa Austronesia.
Pada
tahap selanjutnya sekitar 3500 hingga 2000 SM terjadi migrasi dari Masyarakat
yang semula mendiami Filipina dengan tujuan Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku
Utara. Migrasi yang berakhir di Maluku Utara ini kemudian meneruskan migrasinya
sekitar tahun 3000 hingga 2000 SM menuju ke Selatan dan Timur. Migrasi di
bagian Selatan menuju gugus Nusa Tenggara, sedangkan di bagian Timur menuju
pantai Papua bagian Barat. Dari Papua Barat ini kemudian mereka bermigrasi lagi
dengan tujuan wilayah Oseania hingga mencapai Kepulauan Bismarck (Melanesia)
sekitar 1500 SM.
Pada
periode 3000 hingga 2000 SM, migrasi juga dilakukan ke bagian Barat yang
dilakukan oleh mereka yang sebelumnya menghuni Kalimantan dan Sulawesi menuju
Jawa dan Sumatera. Selanjutnya, hijrah pun diteruskan menuju semenanjung Melayu
hingga ke seluruh wilayah di Asia Tenggara. Proses migrasi berulang-ulang dan
menghabiskan masa ribuan tahun tidak hanya membentuk keanekaragaman budaya
baru, akan tetapi juga pola penuturan (bahasa) baru.
4.
Teori Nusantara
Dalam teori Nusantara dinyatakan
bahwa asal mula manusia yang menghuni wilayah Nusantara ini tidak berasal dari
luar, melainkan dari wilayah Nusantara itu sendiri. Mengikuti sudut pandang Multiregional
Evolution Model, teori nusantara menyatakan bahwa manusia purba menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Indonesia sendiri. Pendukung teori
Nusantara adalah Mohammad Yamin, J. Crawford, K. Himly, Sutan
Takdir Alisjahbana dan Gorys Keraf.
argumen yang melandasi teori Nusantara:
a.
Bangsa
Melayu merupakan bangsa yang berperadaban tinggi. Peradaban tidak mungkin dapat
dicapai apabila tidak melalui proses perkembangan dari kebudayaan sebelumnya.
b.
Bahasa
Melayu memang memiliki kesamaan dengan bahasa Champa (Kamboja), namun persamaan
tersebut hanyalah suatu kebetulan saja.
c.
Adanya
kemungkinan bahwa orang Melayu adalah keturunan dari Homo soloensis dan Homo
Wajakensis
d.
Adanya
perbedaan bahasa antara bahasa Austronesia yang berkembang di Nusantara dengan
bahasa Indo-Eropa yang berkembang di Asia Tengah.
Berdasarkan
hasil penelitian Gregorius Keraf (Gorys Keraf) mengenai bahasa-bahasa Nusantara
sebagai mana dipaparkan dalam bukunya yang berjudul Linguistik Bandingan
Historia (1984) membuahkan teori baru mengenai asal usul bahasa dan bangsa
Indonesia. Menurut teori keraf, nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari
wilayah Indonesia sendiri bukan dari mana-mana, bukan pulau dari Asia Tenggara
Daratan atau dari Semenanjung Malaka. Teori ini Dilandaskan atas : Situasi
geografis masa lampau, Pertumbuhan dan penyebaran umat manusia, Teori migrasi
bahasa dan leksikostatistik.
5.
Teori Out Of Afrika
Menurut teori Out of Afrika, manusia modern yang hidup
sekarang ini berasal dari Afrika. Dasar teori ini adalah dukungan ilmu genetik
melalui penelitian DNA mitokondria gen perempuan dengan gen laki-laki. Menurut
Max Ingman (ahli genetika dari Amerika Serikat), manusia modern yang ada
sekarang ini berasal dari Afrika antara kurun waktu 100-200 ribu tahun lalu.
Dari Afrika mereka menyebar ke luar Afrika. Dari hasil
penelitian Max Ingman tersebut, tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gen
manusia modern bercampur dengan gen spesies manusia purba.
Diperkirakan manusia Afrika melakukan migrasi ke luar Afrika melakukan
migrasi ke luar Afrika sekitar 50.000-70.000 tahun silam. Tujuan migrasi
tersebut menuju Asia Barat. Jalur yang ditempuh ada dua yaitu mengarah ke
lembah Sungai Nil, melintas Semenanjung Sinai lalu ke utara melewati Arab
Levant dan jalur kedua melewati Laut Merah.
Setelah memasuki Asia ada beberapa kelompok yang tinggal sementara di Timur
Tengah, sedangkan kelompok lainnya melanjutkan perjalanan dengan menyusuri
pantai Semenanjung Arab menuju ke India, Asia timur, Indonesia. bahkan sampai
ke barat daya Australia. Bukti mengenai keberadaan manusia Afrika telah sampai
ke Australia adalah dengan ditemukan bahwa manusia Afrika telah berimigrasi
hingga ke Australia adalah dengan jejak genetika.
2.2
Asal Usul Nama Indonesia
Asal-usul
nama Indonesia mulai dikenal pada medio tahun 1800-an. Menurut sejarawan
Universitas Oxford, Peter Carey, nama Indonesia muncul dan diperkenalkan James
Richardson Logan. ‘seorang Skotlandia yang menjadi editor majalah Penang
Gazette, dan George Samuel Windsor Earl (1819-1869) tahun 1850 dalam Journal
of Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) yang terbit
disingapura. Nama yang diperkenalkan adalah Indonesia untuk menyebut Kepulauan
Hindia yang waktu itu merupakan jajahan Belanda
sehingga disebut Hindia-Belanda," kata Carey.
Bangsa
Eropa mengenal dua wilayah Hindia, yakni Hindia-Barat, yaitu wilayah Kepulauan
Karibia yang ditemukan Christopher Columbus yang semula diyakini sebagai
wilayah Hindia (India)-pusat rempah-rempah yang dicari orang Eropa. Sesudah ekspedisi Vasco da Gama dan Magellan,
ditemukanlah Hindia Timur, yakni Kepulauan Nusantara, yang merupakan pusat
rempah-rempah yang selama berabad-abad dicari orang Eropa. Wilayah Nusantara
tersebut merupakan persimpangan peradaban dan pengaruh budaya India dan
Tiongkok sehingga ilmuwan Perancis, Dennis Lombard, menyebutnya sebagai carrefour
de civilization atau silang budaya. Sejarawan Yayasan Nation
Building (Nabil), Didi Kwartanada, menambahkan, informasi tentang seorang
priayi Inggris,
Earl George Samuel Windsor (1813-1865), dalam karya ilmiah berjudul On The
Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations
(1850) mengusulkan sebutan khusus bagi warga Kepulauan Melayu atau Kepulauan
Hindia (Hindia-Belanda) dengan dua nama yang diusulkan, yakni Indunesia atau Malayunesia.
Tokoh
lain yang disebutkan Peter Carey dan Didi Kwartanada adalah ilmuwan Jerman,
Adolf Bastian (1826-1905), Guru Besar Etnologi di Universitas Berlin, yang
memopulerkan nama Indonesia di kalangan sarjana Belanda.
Bastian memopulerkan nama Indonesia dalam bukunya berjudul
Indonesien; Oder Die Inseln Des Malayischen Archipel terbitan
1884 sebanyak lima jilid. Dalam bukunya, Bastian menggunakan kata Indonesia
untuk merujuk pulau besar—Jawa, Sumatera, Borneo (Kalimantan), Celebes
(Sulawesi), Molukken (Maluku), Timor, hingga Flores—dan gugusan pulau-pulau
yang mengitari pulau tersebut. Buku tersebut memuat hasil penelitiannya di
Nusantara dalam kurun 1864-1880. Menurut Carey, Bastian membagi wilayah
Nusantara dalam zona etnis dan antropologi.
Tahun
1913, Soewardi Soerjaningrat alias Ki Hajar Dewantara mendirikan Kantor Berita
untuk bumiputera di Den Haag, belanda. Namanya: Indonesische Persbureau, disingkat
IP. Saat itu Ki Hajar sedang menjalani pembuangan di negeri Belanda akibat
aktivitas politiknya di tanah air.
Sebelumnya,
di tahun 1912, Ki Hajar bersama dua kawannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto
Mangkukusumo, mendirikan partai politik bernama Indische Partij (IP). IP merupakan
organisasi politik pertama yang terang-terangan memperjuangkan kemerdekaan
Hindia—terpisah dari kolonialisme Belanda. yang menjadikan orang-orang
kelahiran Indonesia membangun kesadaran politik dan kebangsaan Indonesia tanpa
membedakan sekat perbedaan suku-rasial dan keyakinan. Saat itu, IP mengusulkan agar nama negeri kita
ini adalah Hindia.
Slogan IP yang terkenal: Hindia untuk Hindia!
Pada
bulan Februari 1922, para pelajar Indonesia di negeri Belanda sepakat
mengadopsi nama Indonesia. Mereka mengubah nama organisasinya dari Indische
Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Kemudian,
di tahun 1924, koran organisasi ini, Hindia Poetra, berganti nama
menjadi Indonesia
Merdeka. Setahun kemudian, giliran nama Indonesische Vereeniging resmi
diubah menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).
Di tanah air,
organisasi politik yang pertama sekali menggunakan nama Indonesia adalah Partai
Komunis Indonesia (PKI). Itu terjadi pada tahun 1924. PKI sendiri berdiri
tanggal 23 Mei 1920, dengan nama Perserikatan Komunis Hindia. Baru pada
bulan Juni l924, melalui sebuah Kongres di Weltevreden, Perserikatan Komunis
Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia.
Pada tahun 1927,
Soekarno bersama Tjipto Mangunkusumo serta kawan-kawannya di Algemene
Studieclub mendirikan gerakan politik nasionalis bernama Perserikatan
Nasional Indonesia (PNI). Setahun kemudian, Perserikatan Nasional Indonesia
berganti nama menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI). Soekarno dan PNI punya
kontribusi besar dalam mempopulerkan nama Indonesia di kalangan rakyat jelata:
petani, buruh, dan kaum melarat lainnya.
Pada
tahun 1928, Kongres Pemuda Indonesia ke-2 mengikrarkan ‘satu nusa, satu bangsa,
dan satu bahasa: INDONESIA”. Sejak itulah Indonesia sebagai nama dari sebuah
negeri yang diperjuangkan makin berterima luas di kalangan kaum pergerakan dan
rakyat banyak. Dua tahun sebelumnya, Wage Rudolf Supratman menciptakan lagu
berjudul “Indonees,
Indonees”, yang kemudian di tahun 1944 diubah menjadi “Indonesia
Raya”. Lagu itu diperdengarkan tanpa lirik oleh WR Soepratman di
Kongres Pemuda Indonesia ke-2 di gedung Indonesische Clubgebouw, Jalan Kramat
Raya 106, Jakarta, tahun 1928. Sejak itulah cita-cita “Indonesia Raya” bergema
di hampir semua pulau-pulau sepanjang Semenanjung Malaya hingga Papua. Tahun
1937, di Malaya (sekarang Malaysia), berdiri organisasi nasional bernama
Kesatuan Melayu Muda (KMM). Dalam programnya, KMM menyatakan ingin
mempersatukan Malaya ke dalam satu ikatan dengan ‘Indonesia Raya’.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Teori asal-usul Bangsa Indonesia dengan pendekatan ‘Out of
Taiwan’ saat ini adalah teori paling mendukung karena disertai bukti linguistik
dan genetika. Kesamaan pola budaya Megalitikum hanya bisa menjelaskan pola
variasi budaya, akan tetapi belum mampu untuk menjelaskan arus migrasi pertama
kali. Pendekatan ‘Out of Taiwan’ pun bukannya tanpa celah. Seperti yang
dikemukakan oleh Prof. Dr Sangkot Marzuki, teori mengenai keberadaan bangsa
Austronesia berdasarkan pendekatan genetika juga masih beragam dan belum
menemukan titik temu.
Kisah tentang sejarah asal-usul Bangsa Indonesia sesungguhnya
masih belum terungkap penuh. Temuan terbaru dari Prof. Dr Sangkot Marzuki
bahkan menyatakan jika penyebaran bangsa dengan bahasa Austronesia berawal dari
wilayah Sunda (Jawa Barat). Perlu kiranya pemikiran atau teori baru tentang
asal-usul Bangsa Indonesia dikaji ulang. Untuk awal, setidaknya dengan
membebaskan terlebih dahulu paham ‘Out of Yunan’.
Sekalipun belum ditemukan bukti-bukti genetika secara meyakinkan,
suku bangsa Austronesia yang menempati gugus kepulauan Formosa (Taiwan) diduga
kuat bermigrasi dari wilayah Utara (Cina). Rumpun bahasa Austronesia dan
keluarga bahasa lainnya di Asia Tenggara merupakan filum Bahasa Austrik.
Dilihat dari kekerabatan linguistik (hipotesis filum Austrik), semua bahasa di
wilayah Tiongkok bagian Selatan memiliki kedekatan (kekerabatan) dengan rumpun
Bahasa Austrik. Jika hendak ditarik benang merahnya, maka diskriminasi rasial
tidak perlu terjadi di negeri ini. Dengan memahami sejarah masa lalu dirinya
sendiri, setidaknya bangsa ini akan lebih bijaksana dalam memberikan sikap.
DAFTAR PUSTAKA
Edi
Suriyanto. 2013.Sejarah Teori Asal Usul Bangsa. http://buihkata.blogspot.co.id/2013/02/sejarah-teori-asal-usul-bangsa-indonesia.html, Diakses pada Jum’at, 31 Maret 2017
Putra
Tonyooi. 2016. http://caridisiniaja99.blogspot.co.id/2016/06/asal-usul-bangsa-indonesia-menurut-para.html, Diakses pada Jum’at, 31 Maret 2017
Kang
Rezot. 2016. 4 Teori Asal Usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia. http://materiku86.blogspot.co.id/2016/07/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-indonesia.html,Diakses pada Rabu,5 April 2017
Kisah
Asal Usul. 2015. Asal usul Bangsa indonesia dan Penyebarannya. http://kisahasalusul.blogspot.com/2015/03/asal-usul-nenek-moyang-bangsa-indonesia.html, Diakses pada Rabu,5 April 2017
Berdikari
Online. 2015.10 Hal yang Patut Anda Ketahui Dari Asal Usul Nama Indonesia. http://www.berdikarionline.com/10-hal-yang-patut-anda-ketahui-dari-asal-usul-nama-indonesia/
Anonymous.
2015. Asal Usul Nama Indonesia. http://nasional.kompas.com/read/2015/10/29/18000081/Asal-usul.Nama.Indonesia?page=1, Diakses pada Rabu, 5 April 2017
Komentar
Posting Komentar